Anggota

Rabu, 15 Juni 2016

PEMBINAAN KEHIDUPAN BERAGAMA BAGI REMAJA

A.    PEMBINAAN KEHIDUPAN BERAGAMA BAGI REMAJA
Dalam membicarakan masalah pembinaan kehidupan beragama bagi remaja dalam kampus itu, kita perlu mengingat bahwa masa pembinaan pribadi yang dilalui oleh mereka yang akan dibina itu telah banyak yang terlalu dan banyak membawa hasilnya dalam berbagai bentuk sikap dan model kelakuan, sesuai dengan pengalaman mereka masing-masing, sejak lahir sampai remaja.
Kendatipun demikian, masih ada beberapa patokan umum yang dapat kita gunakan dalam pembinaan itu, yaitu tingkat umur dengan segala ciri dan problema mereka yang berada di kampus itu. Pada masa umumnya dapat dikatakan, bahwa mereka sedang berada pada masa pembinaan terakhir, yaitu masa remaja terakhir (late adolescence) atau Al-Muharaqah al-Akhirah dan dewasa muda.
a.      Ciri-ciri masa remaja terakhir
Sesungguhnya masa remaja itu tidaklah pasti kapan secara tegas dimulai dan kapan pula berakhirnya, tergantung kepada berbagai faktor perorangan (ada yang cepat pertumbuhannya ada yang lambat) meliputi faktor sosial dan ekonomi. Banyak kagi faktor lain yang ikut menentukan masa remaja itu, tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa masa remaja kira-kira mulai usia 13 tahun, yang ditandai dengan masuknya anak kepada masa puber (misalnya mimpi bagi anak laki-laki dan haid pada anak perempuan). Akan tetapi kapan berakhirnya masa remaja itu agak sukar menentukan karena berbagai faktor ikut mempengaruhi, namun pada umumnya ahli jiwa cenderung untuk mengatakan bahwa pada masyarakat maju berakhir pada usia 21 tahun.
Masa remaja itu terbagi menjadi dua tingkat, yaitu pertama pada masa remaja pertama kira-kira usia 13-16 tahun, dimana pertumbuhan jasmani dan kecerdasan berjalan sangat cepat. Dan kedua masa remaja berakhir kira-kira usia 17-21 tahun, sedangkan kemantapan beragama biasanya dicapai pada umur 24 tahun. Ciri-ciri remaja terakhir yaitu sebagai berikut:
1)      Pertumbuhan jasmani cepat telah selesai
Ini berarti bahwa mereka telah matang, jika dipandang dari segi jasmani. Artinya segala fungsi jasmaniah akan mulai atau telah dapat bekarja. Kekuatan/tenaga jasmani sudah dapat dikatakan sama dengan orang dewasa. Pertumbuhan jasmani dari luar dan dalam (kelnjar) mengakibatkan tumbulnya dorongan-dorongan seks yang sangat kuat karena itu kebutuhan biologisnya yang bisa menimbulkan goncangan emosi yang selanjutnya bisa membawa kepada berbagai tindakan. Oleh karena itu pendidikan agama dan pengalaman dalam keluarga dan lingkungan yang dilalui pada masa-masa pertumbuhan sebelum itu,akan mewarnai sikap dan tindakan mereka itu. Akan tetapi berbagai usaha untuk menghadapi, membina dan mengarahkan mereka agar bertindak sesuai dengan ajaran agama itu tidak mudah apabila tidak dilihat latar belakang kehidupan mereka dahulu.
2)      Pertumbuhan kecerdasan hampir selesai
Mereka telah mampu mengenali hal-hal yang abstrak, serta mampu pula mengambil kesimpulan abstrak dari kenyataan yang dilihat. Sebagai akibat dari kematangan kecerdasan itu, mereka akan selalu menuntut penjelasan yang masuk akal terhadap setiap ketentuan hukum agama yang dibawakan. Mereka menghendaki agar semua ketentuan hukum agama dapat mereka ketahui.
3)      Pertumbuhan pribadi belum selesai
Mereka sedang mengalami kegoncangan dan ketidak pastian, dari segi jasmaniah mereka telah merasa cukup matang dan telah seperti orang dewasa. Demikian pula dari segi kecerdasan merasa telah mampu berfikir obyektif dan dapat mengambil kesimpulan yang abstrak dari kenyataan yang ada, tetapi mereka belum mampu berdiri sendiri untuk memenuhi segala kebutuhannya. Pada umumnya hal seperti itu akan sangat terasa bagi remaja yang hiduppada masyarakat maju.
4)      Pertumbuhan jiwa sosial masih berjalan
Pada umur ini sangat terasa betapa pentingnya pengakuan sosial bagi remaja. Mereka akan merasa sangat sedih diremehkan atau dikucilkan dari masyarakat teman-temannya. Karena itu mereka tidak mau ketinggalan dari mode atau kebiasaan teman-temannya.
Ketidak adilan atau kemerosotan moral dalam masyarakat sngat mempengaruhi sikap mereka terhadap pemimpin-pemimpin masyarakat, agama, pemerintah, guru dan orang tua mereka sendiri. Maka oleh sebab itu mereka sering menunjukkan ketidak puasan itu seperti dalam bentuk demonstrasi, mogok, serangan, kenakalan bahkan penyalah gunaan narkoba.
5)      Keadaan jiwa agama yang tidak stabil
Remaja pada usian ini sering mengalami kegoncangan atau ketidak-stabilan dalam beragama. Misalnya dalam beragama kadang sangat tekun dalam menjalankan ibadah, namun pada waktu lan enggan melaksanakannya. Kekecewaan yang dialami oleh remaja dalam kehidupan dapat membawa akibat terhadap sikapnya terhadap agama.
b.      Problema remaja
Umur remaja adalah umur peralihan dari anak-anak menjelang dewasa, yang merupakan masa perkembangan terakhir bagi pembinaan kepribadian atau masa persiapan untuk memasuki umur dewasa, problemanya tidak sedikit.
Problema dalam penelitian 1958 masih tetap hangat dan tidak banyak berbeda dengan problema sekarang (1976) perbedaannya hanya terletak pada kesengatan atau pada penonjolan satu problema dari pada yang lain. Diantara problema dulu dan sekarang semakin tampak dengan jelas, yaitu sebagai berikut:
1)      Masalah hari depan
Setiap remaja memikirkan hari depannya, ia ingin mendapatkan kepastian, akan menjadi apakah mereka nanti setelah tamat. Hal ini biasanya dirasakan oleh mahasiswa yang berada dikampus. Kecemasan akan hari depan yang kurang pasti itu telah menimbulkan berbagai problema lain, yang mungkin menambah suramnya masa depan remaja itu. Termasuk dalam pemikiran akan hari depan itu, masalah pembentukan rumah tangga dimasa depan yang tidak jauh, kedudukannya dalam masyarakat dan hari depan masyarakat dan bangsanya.
2)      Masalah hubungan dengan orang tua
Sering kali terjadi pertentangan pendapat antara orangtua dan anaknya yang telah remaja atau dewasa itu. Kadang-kadang hubungan yang kurang baik itu timbul karena remaja mengikuti arus dan mode, seperti rambut gondrong, kurang sopan, lagak lagu, dan terhadap orang tua terhadap orang tua.
3)      Masalah norma agama
Biasanya kemrosotan moral disertai oleh sikap menjauh dari agama. Nilai-nilai moral yang tidak didasarkan kepada agama akan terus berubah sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat. Keadaan nilai yang berubah-ubah itu menimbulkan goncangan pula , karena menyebabkan orang hidup tanpa pegangan yang pasti. Nila yang tetap dan tidak berubah adalah nilai agama, karena nila agam itu absolut dan berlaku sepanjang jalan. Maka orang yang kuat keyakinan agamanya akan mampu mempertahankan nilai-nila agam dalam kehidupannya.
Keadaan jiwa pemuda/i dalam kampus yang unik dan khas perlu diperhatikan dalam membawa mereka kepada penghayatan agama. Kita tidak cukup dengan memikirkan cara dan metode pendidikan agama saja, tetapi pemahaman dan pengertian yang mendalam terhadap mereka secara perorang, disamping secara umum. Beberapa segi yang perlu mendapatkan perhatian dalam membina beragama dalam kampus, yaitu:
1)      Tujukkanlah bahwa mita memahami mereka
Seorang pembina jiwa, harus dapat memahami orang yang akan dibinanya. Secara umum telah kita sebutkan ciri, sifat dan problema remaja, Nmun secara perorangan kita perlu berusaha mengetahui apa yang sedang mereka rasakan.setiap orang, terutama remaja akan merasa senang apabila orang lain dapat memahami dan mengerti perasaannya. Dengan begitu mereka akan merasa simpati. Apabila mereka telah simpati biasanya mereka akan dengan mudah menerima nasihat dan saran kita.
2)      Pembinaan secara konsultasi
Hendaknya setiap pembina kehidupan beragama itu menyadari bahwa yang akan dibina itu adalah jiwa. Karena itu terbukalah untuk menampung atau mendengar ungkapan atau perasaan yang dialami oleh pribadi anak. Dengan itu berarti kita telah memberi kesempatan kepada mereka untuk menumpahkan segala yang menegangkan perasaannya(release of tension), dengan begitu akan terbukalah hati mereka untuk menerima saran atau alternatif untuk menyelesaikan problem yang mereka hadapi itu.
3)      Dekatkan agama kepada hidup
Hukum dan ketentuan agama itu perlu mereka ketahui. Disamping itu yang lebih penting lagi adalah menggerakkan hti mereka untuk secara otomatis terdorong untuk mematuhi hukum dan ketentuan agama. Jangan sampai pengertian dan pengetahuan mereka tentang agama hanya sekedar pengetahuan yang tidak berpengaruh apa-apa dalam kehidupan mereka sehari-hari hingga mereka menyangka bahwa hukum dan ketentuan agama merupakan perintah tuhan yang terpaksa mereka patuhi, tanpa merasakan manfaat dari kepatuhannya itu.
Sebagai kesimpulan bahwa pembinaan kehidupan beragama dalam kampus bukanlah suatu usaha yang dapat dilakukan dengan mudah dan sederhana, tapi perlu memahami dan menguasai berbagai ilmu alat sebagai bekal untuk membawa mereka dekat kepada agama dan membawa agama ke dalam kenyataan kehidupan mereka sehari-hari.


Daftar Pustaka
Clark, Walter Houston, The Psychology Of Religion, Canada The Macmillan Company, 1969
Cole, Leulla, Psychology Of Adolescence, New York, Rinehart And Company, Ins,.1956
Hurlock, Elizabeth, Child Development, New York, McGraw Hill, 1956
Hurlock, Elizabeth, The Psychology Of Adolescent Development, New York, Harper, 1951

Hurlock, Elizabeth, Development Psychology, New York, Mc. Grew Hill, 1953.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar