A.
PEMBINAAN
KEHIDUPAN BERAGAMA BAGI REMAJA
Dalam
membicarakan masalah pembinaan kehidupan beragama bagi remaja dalam kampus itu,
kita perlu mengingat bahwa masa pembinaan pribadi yang dilalui oleh mereka yang
akan dibina itu telah banyak yang terlalu dan banyak membawa hasilnya dalam
berbagai bentuk sikap dan model kelakuan, sesuai dengan pengalaman mereka
masing-masing, sejak lahir sampai remaja.
Kendatipun
demikian, masih ada beberapa patokan umum yang dapat kita gunakan dalam
pembinaan itu, yaitu tingkat umur dengan segala ciri dan problema mereka yang
berada di kampus itu. Pada masa umumnya dapat dikatakan, bahwa mereka sedang
berada pada masa pembinaan terakhir, yaitu masa remaja terakhir (late
adolescence) atau Al-Muharaqah al-Akhirah dan dewasa muda.
a.
Ciri-ciri
masa remaja terakhir
Sesungguhnya masa
remaja itu tidaklah pasti kapan secara tegas dimulai dan kapan pula
berakhirnya, tergantung kepada berbagai faktor perorangan (ada yang cepat
pertumbuhannya ada yang lambat) meliputi faktor sosial dan ekonomi. Banyak kagi
faktor lain yang ikut menentukan masa remaja itu, tetapi secara umum dapat
dikatakan bahwa masa remaja kira-kira mulai usia 13 tahun, yang ditandai dengan
masuknya anak kepada masa puber (misalnya mimpi bagi anak laki-laki dan haid
pada anak perempuan). Akan tetapi kapan berakhirnya masa remaja itu agak sukar
menentukan karena berbagai faktor ikut mempengaruhi, namun pada umumnya ahli
jiwa cenderung untuk mengatakan bahwa pada masyarakat maju berakhir pada usia
21 tahun.
Masa remaja itu terbagi
menjadi dua tingkat, yaitu pertama pada masa remaja pertama kira-kira usia
13-16 tahun, dimana pertumbuhan jasmani dan kecerdasan berjalan sangat cepat.
Dan kedua masa remaja berakhir kira-kira usia 17-21 tahun, sedangkan kemantapan
beragama biasanya dicapai pada umur 24 tahun. Ciri-ciri remaja terakhir yaitu
sebagai berikut:
1) Pertumbuhan
jasmani cepat telah selesai
Ini berarti bahwa
mereka telah matang, jika dipandang dari segi jasmani. Artinya segala fungsi
jasmaniah akan mulai atau telah dapat bekarja. Kekuatan/tenaga jasmani sudah
dapat dikatakan sama dengan orang dewasa. Pertumbuhan jasmani dari luar dan
dalam (kelnjar) mengakibatkan tumbulnya dorongan-dorongan seks yang sangat kuat
karena itu kebutuhan biologisnya yang bisa menimbulkan goncangan emosi yang
selanjutnya bisa membawa kepada berbagai tindakan. Oleh karena itu pendidikan
agama dan pengalaman dalam keluarga dan lingkungan yang dilalui pada masa-masa
pertumbuhan sebelum itu,akan mewarnai sikap dan tindakan mereka itu. Akan
tetapi berbagai usaha untuk menghadapi, membina dan mengarahkan mereka agar
bertindak sesuai dengan ajaran agama itu tidak mudah apabila tidak dilihat
latar belakang kehidupan mereka dahulu.
2) Pertumbuhan
kecerdasan hampir selesai
Mereka telah mampu
mengenali hal-hal yang abstrak, serta mampu pula mengambil kesimpulan abstrak
dari kenyataan yang dilihat. Sebagai akibat dari kematangan kecerdasan itu,
mereka akan selalu menuntut penjelasan yang masuk akal terhadap setiap
ketentuan hukum agama yang dibawakan. Mereka menghendaki agar semua ketentuan
hukum agama dapat mereka ketahui.
3) Pertumbuhan
pribadi belum selesai
Mereka sedang mengalami
kegoncangan dan ketidak pastian, dari segi jasmaniah mereka telah merasa cukup
matang dan telah seperti orang dewasa. Demikian pula dari segi kecerdasan
merasa telah mampu berfikir obyektif dan dapat mengambil kesimpulan yang
abstrak dari kenyataan yang ada, tetapi mereka belum mampu berdiri sendiri
untuk memenuhi segala kebutuhannya. Pada umumnya hal seperti itu akan sangat
terasa bagi remaja yang hiduppada masyarakat maju.
4) Pertumbuhan
jiwa sosial masih berjalan
Pada umur ini sangat
terasa betapa pentingnya pengakuan sosial bagi remaja. Mereka akan merasa
sangat sedih diremehkan atau dikucilkan dari masyarakat teman-temannya. Karena
itu mereka tidak mau ketinggalan dari mode atau kebiasaan teman-temannya.
Ketidak adilan atau
kemerosotan moral dalam masyarakat sngat mempengaruhi sikap mereka terhadap
pemimpin-pemimpin masyarakat, agama, pemerintah, guru dan orang tua mereka
sendiri. Maka oleh sebab itu mereka sering menunjukkan ketidak puasan itu
seperti dalam bentuk demonstrasi, mogok, serangan, kenakalan bahkan penyalah
gunaan narkoba.
5) Keadaan
jiwa agama yang tidak stabil
Remaja pada usian ini
sering mengalami kegoncangan atau ketidak-stabilan dalam beragama. Misalnya
dalam beragama kadang sangat tekun dalam menjalankan ibadah, namun pada waktu
lan enggan melaksanakannya. Kekecewaan yang dialami oleh remaja dalam kehidupan
dapat membawa akibat terhadap sikapnya terhadap agama.
b.
Problema
remaja
Umur remaja adalah umur
peralihan dari anak-anak menjelang dewasa, yang merupakan masa perkembangan
terakhir bagi pembinaan kepribadian atau masa persiapan untuk memasuki umur
dewasa, problemanya tidak sedikit.
Problema dalam
penelitian 1958 masih tetap hangat dan tidak banyak berbeda dengan problema
sekarang (1976) perbedaannya hanya terletak pada kesengatan atau pada
penonjolan satu problema dari pada yang lain. Diantara problema dulu dan
sekarang semakin tampak dengan jelas, yaitu sebagai berikut:
1) Masalah
hari depan
Setiap remaja
memikirkan hari depannya, ia ingin mendapatkan kepastian, akan menjadi apakah
mereka nanti setelah tamat. Hal ini biasanya dirasakan oleh mahasiswa yang
berada dikampus. Kecemasan akan hari depan yang kurang pasti itu telah
menimbulkan berbagai problema lain, yang mungkin menambah suramnya masa depan
remaja itu. Termasuk dalam pemikiran akan hari depan itu, masalah pembentukan
rumah tangga dimasa depan yang tidak jauh, kedudukannya dalam masyarakat dan
hari depan masyarakat dan bangsanya.
2) Masalah
hubungan dengan orang tua
Sering kali terjadi
pertentangan pendapat antara orangtua dan anaknya yang telah remaja atau dewasa
itu. Kadang-kadang hubungan yang kurang baik itu timbul karena remaja mengikuti
arus dan mode, seperti rambut gondrong, kurang sopan, lagak lagu, dan terhadap
orang tua terhadap orang tua.
3) Masalah
norma agama
Biasanya kemrosotan
moral disertai oleh sikap menjauh dari agama. Nilai-nilai moral yang tidak
didasarkan kepada agama akan terus berubah sesuai dengan keadaan, waktu dan
tempat. Keadaan nilai yang berubah-ubah itu menimbulkan goncangan pula , karena
menyebabkan orang hidup tanpa pegangan yang pasti. Nila yang tetap dan tidak
berubah adalah nilai agama, karena nila agam itu absolut dan berlaku sepanjang
jalan. Maka orang yang kuat keyakinan agamanya akan mampu mempertahankan nilai-nila
agam dalam kehidupannya.
Keadaan jiwa pemuda/i
dalam kampus yang unik dan khas perlu diperhatikan dalam membawa mereka kepada
penghayatan agama. Kita tidak cukup dengan memikirkan cara dan metode
pendidikan agama saja, tetapi pemahaman dan pengertian yang mendalam terhadap
mereka secara perorang, disamping secara umum. Beberapa segi yang perlu
mendapatkan perhatian dalam membina beragama dalam kampus, yaitu:
1) Tujukkanlah
bahwa mita memahami mereka
Seorang pembina jiwa,
harus dapat memahami orang yang akan dibinanya. Secara umum telah kita sebutkan
ciri, sifat dan problema remaja, Nmun secara perorangan kita perlu berusaha
mengetahui apa yang sedang mereka rasakan.setiap orang, terutama remaja akan merasa
senang apabila orang lain dapat memahami dan mengerti perasaannya. Dengan
begitu mereka akan merasa simpati. Apabila mereka telah simpati biasanya mereka
akan dengan mudah menerima nasihat dan saran kita.
2) Pembinaan
secara konsultasi
Hendaknya setiap pembina
kehidupan beragama itu menyadari bahwa yang akan dibina itu adalah jiwa. Karena
itu terbukalah untuk menampung atau mendengar ungkapan atau perasaan yang
dialami oleh pribadi anak. Dengan itu berarti kita telah memberi kesempatan
kepada mereka untuk menumpahkan segala yang menegangkan perasaannya(release of
tension), dengan begitu akan terbukalah hati mereka untuk menerima saran atau
alternatif untuk menyelesaikan problem yang mereka hadapi itu.
3) Dekatkan
agama kepada hidup
Hukum dan ketentuan
agama itu perlu mereka ketahui. Disamping itu yang lebih penting lagi adalah
menggerakkan hti mereka untuk secara otomatis terdorong untuk mematuhi hukum
dan ketentuan agama. Jangan sampai pengertian dan pengetahuan mereka tentang
agama hanya sekedar pengetahuan yang tidak berpengaruh apa-apa dalam kehidupan
mereka sehari-hari hingga mereka menyangka bahwa hukum dan ketentuan agama
merupakan perintah tuhan yang terpaksa mereka patuhi, tanpa merasakan manfaat
dari kepatuhannya itu.
Sebagai kesimpulan
bahwa pembinaan kehidupan beragama dalam kampus bukanlah suatu usaha yang dapat
dilakukan dengan mudah dan sederhana, tapi perlu memahami dan menguasai
berbagai ilmu alat sebagai bekal untuk membawa mereka dekat kepada agama dan
membawa agama ke dalam kenyataan kehidupan mereka sehari-hari.